Artikel

Ciri Khas Desain Rumah Adat Bali Yang Mendunia

Ciri Khas Desain Rumah Adat Bali Yang Mendunia

Ciri Khas Desain Rumah Adat Bali Yang Mendunia – Bali sebagai salah satu pulau di Indonesia yang sudah terkenal akan keindahannya di mata dunia. Tidak cuma keindahan alamnya saja yang eksotik, arsitektur tradisional atau rumah adat Bali mempunyai keunikan dan kekhasan yang menakjubkan lho. Rumah tradisi Bali bisa disimpulkan sebagai tata ruang yang menampung kehidupan warga Bali yang sudah berkembang dengan turun-temurun dengan semua ketentuan yang diwarisi dari zaman dulu sampai sekarang ini.

Sama dengan arsitektur vernakular yang lain, arsitektur tradisional Bali dibuat memakai bahan lokal yang menggambarkan tradisi untuk membikin bangunan, strukutur, dan rumah-rumah. Arsitekturnya sendiri benar-benar dikuasai oleh adat Hindu Bali, dan Jawa Kuno. Beberapa bahan yang sering dipakai diantaranya atap jerami, kayu kelapa, bambu, kayu jati, batu, dan batu bata. Selainnya dari materialnya, kesenian atau ukir-pahatan pada tiap komponen desain mempunyai karakteristik budaya kuno yang kental. Ingin menyaksikan keunikan rumah tradisi dari Bali? Silahkan baca keterangan dan cirinya berikut ini.

Berikut ini Ciri Khas Desain Rumah Adat Bali Yang Mendunia

1. Unsur Hindu dalam Arsitektur Rumah

Unsur Hindu dalam Arsitektur Rumah

Unsur Hindu dalam Arsitektur Rumah

Arsitektur Bali tidak terlepas dari manuskrip Hindu yang namanya “Lontar Asta Kosala Kosali” yang berisi mengenai ketentuan pembikinan rumah atau puri dan ketentuan tempat pembikinan beribadah atau pura. Dalam manuskrip tersebut disebut jika aturan-aturan pembuatan sebuah rumah harus meng ikuti ketentuan anatomi badan pemilik rumah dengan dibantu si undagi sebagai pedande atau orang suci yang berkuasa membantu pembangunan rumah atau pura.

2. Banyak Bangunan di Satu Lahan

Banyak Bangunan di Satu Lahan

Banyak Bangunan di Satu Lahan

Pada bangunan rumah ciri khas Bali, ada banyak bangunan di pada sebuah tempat rumah. Setiap bangunan ini mempunyai peranan yang berlainan. Ruangan seperti tempat tidur dengan tempat tidur minimalis atau dapur mempunyai bangunan terpisahkan sama seperti dengan ruang beribadah dan ruang yang lain. Hal ini termasuk ke filosofi Tri Hita Karana, di mana rumah membuat kesetimbangan di antara unsur kehidupan manusia, lingkungan alam, dan spiritual.

3. Peraturan Sakral dalam Susunan Bangunan

Aturan Sakral dalam Susunan Bangunan

Aturan Sakral dalam Susunan Bangunan

Elemen arsitektur yang ada pada kompleks rumah diatur sama sesuai dengan ide kesakralan yang ada di Bali dan mata angin. Arah utara dianggap suci dan selatan dianggap buruk. Hal ini berkonsep dari Tri Angga yaitu panduan tata letak, di mana bagian paling depan disebutkan khusus mandala tempat suci untuk beribadah, sisi tengah sebagai madya mandala untuk tempat tinggal penghuni rumah, dan terakhir bagian paling belakang yakni Nista manala yang dipakai untuk dapur.

Menurut ketentuan Bali, sudut di antara utara dan timur sebagai tempat suci hingga tempat beribadah biasa ditempatkan di tempat ini. Dalam pada itu, sudut selatan dan barat sebagai tempat yang punyai derajat lebih rendah. Kompleks rumah tradisionil Bali dikuasai paviliun (bale) yang melingkari halaman tengah (natah). Kuil keluarga sebagai tempat yang paling suci dari keseluruhnya kompleks rumah, dan berada di Timur Laut yang dikenali sebagai kepala dari kompleks rumah. Kuil keluarga ditahan dalam tempat suci (Pamerajan).

4. Dipengaruhi Kepercayaan Polytheisme

Dipengaruhi Kepercayaan Polytheisme

Dipengaruhi Kepercayaan Polytheisme

Polytheisme atau pemujaan pada banyak dewa sebagai kebudayaan awalnya yang exist di pulau Bali saat sebelum kehadiran Hindu di pulau Bali. Keyakinan ini tercermin pada beberapa style arsitektur Bali. Orang Bali umumnya membuat rumah mereka dengan ide terbuka dengan pura atau tempat beribadah dan penyembahan di dalamnya. Bahkan juga, pada sebuah kompleks rumah dapat terbagi dalam beberapa pura yang masing-masing dipakai untuk menyembah dewa yang berlainan.

5. Material Bangunan Menunjukkan Status Sosial

Material Bangunan Menunjukkan Status Sosial

Material Bangunan Menunjukkan Status Sosial

Material yang dipakai pada tiap rumah tidak dapat disetarakan untuk tiap orang. Jenjang status sosial dan ekonomi berasa di arsitektur Bali. Warga kelompok menengah umumnya membuat rumah dengan bahan tanah liat, dan warga kelompok atas memakai batu bata. Untuk atap, material genteng tanah dipakai oleh kelompok yang dikelompokkan sebagai bangsawan dan alang-alang atau ijuk untuk warga biasa.

Gaya rumah adat dan arsitektur Bali yang asli tidak dibuat sembarangan, tetapi dengan ide dan penghitungan yang matang dan merepresentasikan kesakralan. Nilai-nilai budaya ini juga tidak cuma diterapkan pada pura atau rumah, bangunan kecil yang lain dibuat mempertimbangkan ide seperti didalam artikel mebel jepara ini. Itulah kenapa arsitektur Bali benar-benar khas dan populer sampai ke luar negeri.